Lintas rel dilokasi kejadian tidak bisa dilewati, sedangkan kereta api harus tetap jalan untuk menyambung layanan kereta api dari arah sebaliknya. Contoh KA Gaya Baru Malan tidak bisa lewat lokasi, bagaimana caranya rangkaian KA Gaya Baru Malam Jakarta Surabaya harus tiba di Surabaya untuk melayani KA Gaya Baru SUrabaya Jakarta. Solusinya adalah lewat jalur lain, atau istilahnya memutar.
Keputusan lain juga diambil untuk agar rangkaian kereta api bisa jalan untuk melayani arah sebaliknya, seperti KA Gajayana pakai rangkaian KA Taksaka, KA Taksaka pakai rangkaian KA Gajayana dan seterusnya.
Ada lagi KA Bima pakai rangkaian Argo Lawu/Sembrani, KA Sembrani pakai rangkaian Turangga. Bila masih dalam kelas yang sama masih oke, tetapi bila kelasnya beda bagaimana ? Seperti yang terjadi pada KA Jayakarta yang biasanya pakai rangkaian Premium/Stainless steel, lha kok pakai rangkaian K3 106 penumpang (sepertinya punya KA Brantas). KA Sancaka 85 Surabaya Jojga ada yang menggunakan K1 2018 stainless steel.
Penumpang Jayakarta jelas mengalami kebingunan, ternyata kelas premium yang tertera di tiket kenyataannya menggunakan kereta ekonomi biasa. Rejeki pada penumpang KA Brantas yang notebene penumpang kelas ekonomi baisa, dapat layanan kelas ekonomi premium.
Semua keputusan harus diambil dengan segala resiko didalamnya. Demi untuk memberikan layanan transportasi kereta api yang berkesinambungan. Saya rasa langkah yang diambil PT KAI sudah tepat dan cepat.