Tiap hari harus menanggung biaya yang tidak sedikit untuk parkirnya. Kadang malah lebih mahal parkirnya dari pada naik kereta apinya. Contoh teman-teman dari Sidoarjo yang menggunakan Komuter Susi sebagai moda transportasi Sidoarjo ke Surabaya. Tarif parkir di Stasiun Sidoarjo lebih mahal dari harga tiket Komuter yang hanya 5.000 Rupiah. Tentu penumpang akan berpikir dua kali untuk memarkir motor di stasiun. Atau bahkan tidak tertarik naik kereta api (lagi).
Begitu juga parkir motor di Stasiun Gubeng, Pasar Turi, Mojokerto yang harga tiketnya juga tidak terjangkau bagi kalangan penglaju. Sistem tarif parkirnya dibuat per sekian jam, rata-rata para penglaju menghabiskan waktu untuk bekerja adalah 8-9 jam plus total perjalanan. Tarif parkirnya sudah kena progresif.
Dari sisi pengguna lahan parkir stasiun, saya lebih menyiasati dengan tidak memarkir motor di stasiun. Karena tarif mahal dan fasilitas yang apa adanya. Akan lebih enak jika mencari alternatif lain dengan memarkir kendaraan di area terdekat dengan stasiun yang tarifnya lebih murah. Atau kalau belum menemukan parkir di dekat stasiun, silakan gunakan stasiun sesudah atau sebelumnya yang ada parkir dekat stasiunnya. Atau jika tarifnya masih murah, parkir diarea stasiun saja.
Yap, resikonya adalah jarak dari tempat tinggal dengan stasiun keberangkatan kereta api menjadi jauh. Namun itu efektif untuk menekan biaya parkir yang tidak bersahabat bagi penglaju. Kita bisa naik kereta api dan pengeluaran untuk parkir tetap bisa ditekan.
Selain itu, anda bisa minta antar keluarga anda menuju stasiun keberangkatan jika ada waktu untuk mengantarkannya. Hal ini lebih baik dan salah satu solusi tepat.
