Namun yang akan admin bahas di sini bukan tentang fasilitas akan tetapi announcer atau penyiar yang terdengan di stasiun gubeng biasanya suaranya seorang laki-laki. Jarang sekali terdengar suara perempuan menyiarkan kedatangan dan keberangkatan kereta api. Nah dalam penyiaran itu tidak pernah terdengar sama sekali announcer dalam bahasa inggris atau bahasan kerennya bilingual. Setidaknya harus ada di setiap stasiun besar seperti stasiun gubeng. Apa fungis announcer bilingual pada stasiun gubeng? Tidak lain karena stasiun gubeng juga banyak turis yang menggunakan jasa layanan kereta api. Setidaknya membantu para turis untuk bisa mengerti dan memahami apa ada kereta datang atau berangkat dan di jalur berapa. Namanya juga pelayanan, masak tidak memperhatikan hal sekecil ini, ini hal kecil tapi perlu.
Pernah juga admin lihat seorang turis eropa dan jepang bertanya kepada petugas baik pegawai atau satpam mereka sepertinya tidak mengerti bahasa inggris sedikitpun, hanya menunjukkan isyarat kesana dan menunjuk jam entah keberangkatan atau kedatangan. Lucu sekali, sekaliber stasiun gubeng tidak ada layanan bilingual. Setidaknya tulisan ini bisa menjadi pertimbangan pihak DAOP VIII untuk merekrut announcer atau merekam suara wanita atau pria dalam bahasa inggris untuk memenuhi layanan bilingual.
Untuk penjual tiket di loket stasiun gubeng sudah bagus, sudah bisa melayani dengan bahasa inggris dengan baik kepada para turis yang membeli tidket disana. Giliran announcer masak kalah sama bagian loket. Di Busway saja ada rekaman baik bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk menunjuk halte yang dituju. Demikian semoga menjadi perhatian pada pihak terkait, terima kasih.
0 comments:
Post a Comment