Petugas berusaha mengevakuasi dengan memisahkan rangkaian yang masih dalam rel dengan gerbong yang anjlok ( derailment ). Proses evakuasi berlangsung hingga pagi hari yang mengakibatkan perjalanan kereta api terhambat, baik yang menuju Surabaya atau yang meninggalkan Surabaya.
Salah satu contoh adalah KA Bima yang terhambat perjalanannya dan stand by lama di Stasiun Mojokerto. KA Bima berangkat dari Stasiun Mojokerto menuju Surabaya pada pukul 05.02 harus tertahan sampai jam 06.30 an.
Pantauan saya dari Stasiun Mojokerto, KA Mutsel juga belum menampakkan kedatangannya. Lalu nasib KRD Kertosono bagaimana? Saya menggunakan KRD Kertosono menuju Surabaya, menurut kabar, KRD masih tertahan di Sumobito. Saya langsung memutuskan angkutan lain dan tidak menggunakan kereta api. Begitu juga rekan-rekan penglaju juga banyak yang balik kanan grak untuk naik kendraan lain.
Kejadian seperti ini memang jarang terjadi, begitu terjadi hambatan, langsung membingungkan kami para penglaju kereta api. Jika tidak ada hambatan, Mojokerto Surabaya bisa ditempuh selama 1 jam perjalanan. Waktu yang sangat cepat dibandingkan dengan bus atau motor sekalipun.
Akibat rintangan jalan rel tersebut, KA Argo Wilis, Sancaka, Dhoho (419), Dhoho (421), Pasundan, Ranggajati, Mutiara Selatan, Turanga, Bima, Dhoho (420) mengalami keterlambatan yang banyak.
Kurang lebih pukul 10.40 jalur baru clear atau rintangan rel sudah bersih dengan mengevakuasi gerbong ketel yang anjlok tadi.
PT KAI juga menindaklanjuti kejadian tersebut dengan memberikan tawaran angkutan bus bagi penumpang Bima, atau pengembalian bea tiket kepada penumpang. Ini adalah langkah maju sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada konsumen.
Kesimpulannya. Tidak enak banget jika ada rintangan jalan rel, semua kereta akan tertahan dan pasti mengalami keterlambatan jadwal.